Cinta Pasti Kembali
“Ma, Papa kapan
pulangnya sih? Kok lama banget, Bey kangen sama Papa..” lagi-lagi itu yang
ditanyakan Abey anak berusia 5 tahun pada Mamanya. Sudah 4 tahun sejak Vera
memutuskan untuk berpisah dengan suaminya Bey selalu saja menanyakan tentang
keberadan ayahnya.
“Sabar ya sayang,
Papa pasti pulang kok, tapi gak sekarang. Papa kan harus kerja.” Entah sampai
kapan Vera bisa menutup rahasia ini pada anaknya, yang dia inginkan mereka bisa
hidup bahagia hanya berdua saja.
Setiap harinya Vera
bekerja sebagai penjaga toko kue di ujung gang rumahnya untuk membiayai
kehidupan sehari-hari. Dia terpaksa pergi meninggalkan suaminya karna sebuah
ancaman dari orang ketiga yang menginginkan suaminya. Dan akhirnya Vera yang
mengalah demi menyelamatkan pabrik milik
suaminya.
---
Sementara itu Axel
selama 4 tahun terakhir terus mencari dimana keberadaan anak dan istrinya.
Tiada kata lelah bagi Axel untuk mencari. Di tahun pertama perginya anak dan
istrinya dia hampir menjadi gila hingga seorang suruhan Papanya yang mengatakan
bahwa mereka melihat Vera dan anaknya dalam keadaan baik-baik saja membuat Axel
mulai bangkit dari keterpurukannya. Dia mulai giat dalam bekerja hingga pabrik
yang dikelolanya menjadi semakin jaya dan besar.
Mendengar Axel
telah bangkit lagi, membuat Ruri menjadi senang dan kembali mulai mendekati
Axel kembali. Ruri adalah orang ketiga dalam hubungan Axel dan Vera. Setiap
harinya Ruri selalu saja mendekati dan merayu Axel, namun Axel tidak pernah
menggubris dia hanya menganggap teman saja dan tidak lebih karna dia masih
sangat mencintai istrinya.
“Permisi, Pak. Saya
sudah mendapatkan alamat Ibu Vera. Dan mereka baik-baik saja.”
“Terimakasih.
Segera urus semuanya dan kita langsung berangkat.”
“Baik Pak”
“Kita akan segera
kembali, sayang. Tunggu aku.” Kata Axel sambil memandangi fotonya bersama istri
dan anaknya.
Pencarian pun
segera dilaksanakan. Sebelumnya Axel sudah meminta izin pada ornagtuanya untuk
menjemput anak dan istrinya.
---
Sepulang sekolah Bey
bermain dengan teman sebayanya. Mereka bermain layangan dekat tanah lapang,
namun naas bagi Bey dia terserempet motor yang melintas hingga Bey dilarikan ke
rumah sakit.
“Mbak, Mba Vera
Abey mbak, Abey” kata Stevi tergesa-gesa.
“Iya Stev ada apa? Ngomong
yang jelas, dong”
“Mbak harus ke
rumah sakit sekarang juga, Abey kecelakaan Mbak.”
“Apa..?” Vera pun
segera pamit pergi menuju rumah sakit dengan terburu-buru.
“Permisi..” kata
Axel yang telah tiba di rumah kontrakan Vera.
“Cari siapa ya,
Mas” kata tetangga Vera.
“Apa benar yang
tinggal disini bernama Vera dan anaknya Abey?” Tanya Axel.
“Iya benar. Tapi
jam segini Vera biasanya bekerja di toko kue di ujung gang ini.”
“Kalau Abey?”
“Tadi dia bermain
di lapangan bersama anak saya. Itu anak saya. Gilang, Bey mana? Kok gak sama
kamu?”
“Ma, Abey
kecelakaan. Dia ditabrak motor waktu kita mau ke lapangan.” Jelas Gilang.
“Apa? Sekarang Abey
dimana?”
“Katanya dibawa ke
rumah sakit Om.”
“Rumah sakitnya
dimana?” Tanya Axel tak sabar. Tapi Gilang hanya menggelengkan kepalanya.
“Coba ke rumah
sakit Bunda saja Mas. Itu rumah sakit terdekat di daerah sini. Mas keluar dari
gang belok ke kiri, nanti rumah sakitnya ada disebelah kanan.”
“Terimakasih, saya
permisi dulu.”
Sesampainya di
rumah sakit dokter tidak bersedia untuk langsung menangani Abey dikarnakan Vera
belum membayar uang administrasi.
“Saya mohon dokter,
tolong selamatkan anak saya. Saya akan berusaha membayar biayanya dok. Saya
mohon dokterr..” kata Vera memohon pada dokter.
“Maaf bu, kami
tidak bisa me..”
“Saya yang akan
membayar biayanya. Tolong selamatkan anak kami.” Kata Axel
Vera terkejut
melihat Axel dihadapannya. Selama ini dia selalu berhasil bersembunyi dari
Axel, tapi kali ini dia tak bisa apa-apa lagi.
“Terimakasih” cicit
Vera.
“Kita perlu
berbicara. Sekarang!” kata Axel tajam.
“Tidak, aku tidak
bisa jauh dari anakku.”
“Anak kita” ralat
Axel. “Baik, kita bicara disini. Jadi, apa alasan kamu pergi tanpa kabar?”
Tanya Axel membuka pembicaraan mereka.
“Buat apa kamu tanyakan
lagi? Bukankah kamu sekarang sudah bahagia?”
“Bahagia?
Kebahagiaanku hanya bersamamu, kamu tahu itu. Tolong jawab kenapa?”
“Karna pabrik kamu
akan bangkrut, jadi aku memilih mundur agar dia bisa menolong pabrik kamu”
jawab Vera.
“Dia? Dia siapa maksud
kamu?”
“Istri kamu”
“Istri?” Axel mulai
kesal dengan pembicaraan yang berbelit-belit seperti ini.
“Dokter, bagaimana
keadaan anak saya?” Tanya Vera.
“Pasien kehilangan
banyak darah. Kebetulan di rumah sakit ini stok golongan darah A habis”
“Ambil darah saya
saja dok, kebetulan golongan darah saya A” kata Axel
“Baik, silahkan
ikut suster kami”
Vera hanya bisa
diam sambil menangis meratapi nasibnya. Bagaimana
kalau Axel membawa Abey bersamanya?
“Setelah Abey
sembuh kita kembali ke rumah kita.” Kata Axel. Saat ini mereka sedang menunggu
Abey sadar setelah dipindahkan ke ruang inap.
“Maksud kamu?”
“Aku rasa kamu
paham.”
“Nggak, aku gak
mau”
“Oke, kalau begitu
biar Abey saja yang ikut aku pulang.” Ucap Axel.
Bagaimana ini? Aku belum siap. Bagaimana kalau aku bertemu dengan
Ruri? Ucap Vera dalam hati.
“Mama…”
“Abey sudah sadar
sayang..”
“Ss sakit Ma,,”
keluh Abey saat sadar. Axel yang mendengar Abey sudah sadar langsung terbangun
dari tidurnya. Disaat Abey melirik ke sebelah kanan dia melihat seseorang
“Papaaaa..” teriak Abey. Axel terkejut, sedikit tidak percaya kalau anak yang
dirindukannya memanggilnya Papa.
“Abey..” kata Axel
“Ma, Papa,, Papa
udah pulang.. Papa pulang…” teriak Abey kesenangan. Axel pun langsung memeluk
Abey dengan erat melepas rindunya pada anaknya.
Dokter datang
memeriksa keadaan Abey. “Abey, apa yang kamu rasakan?”
“Abey sehat dokter.
Karna Papa abbey udah pulang.” Jawab Abey semangat. Vera hanya diam saja sedari
tadi menyaksikan keakraban ayah dan anak ini.
“Abey mau gak ikut
Papa pulang ke tempat Papa?” Tanya Axel.
“Kenapa Papa gak
tinggal disini aja sama kita?”
“Kerjaan Papa
disana sayang. Kita bisa bersama disana. Nanti abbey Papa ajak jalan-jalan
disana, mau?”
“Mau Pah. Ma, kita
ikut Papa aja yah.. bey gak mau pisah lagi sama Papa. Mau yah Ma,, pliiiss..”
‘Iya sayang.”
---
Dengan terpaksa
Vera ikut bersama Axel pulang ke rumah mereka yang dulu. Dia pasrah dengan
apapun yang terjadi.
“Veraa.. ya ampun,”
teriak Tina-mertuanya- “Akhirnya kamu
pulang juga. Kemana aja kamu selama ini? Kamu tahu, Axel hampir gila mencari
kamu kemana-mana.”
“Ini pasti Abey
cucu Opa kan! Sini sayang” kata Riko. Mereka berpelukan melepas rindu.
Setelah Abey
istirahat mereka membicarakan masalah mereka selama 4 tahun terakhir ini.
“Vera, tolong
ceritakan semunya secara rinci apa yang terjadi selama ini.” Tanya Riko membuka
pembicaraan mereka.
“Sebenarnya waktu
pabrik mengalami bengkrut, dia datang dan memberi penawaran akan membantu kamu
mengatasi keuangan pabrik. Dengan aku pergi meninggalkan kamu, dan dia akan
mendekati kamu lalu kalian menikah.” Jelas Vera.
“Tunggu, sebenarnya
dia yang kamu maksud itu siapa?”
Tanya Axel
“Istri kamu.”
“Istri aku ya cuma
kamu.”
“Jadi siapa dia yang kamu maksud?” Tanya Riko tidak
sabar.
“Ruri”
“Apa?” kata Axel
dan orangtuanya serentak
“Jadi dalang dari
semua ini adalah Ruri. Dari awal Mama sudah curiga melihat dia berusaha
mendekati kamu.” Ucap Tina.
“Vera, asal kamu
tahu Ruri tidak pernah ikut campur dalam urusan pabrik. Dia tidak tahu apa-apa,
yang dia tahu hanya bersenang-senang” jelas Axel. “Ku mohon, kembalilah padaku,
kita hadapi semua permasalahan kita bersama.” Pinta Axel. Vera pun
menganggukkan kepala tanda setuju.
---
Kabar kepulangannya
Vera telah sampai ke telinga Ruri. Dia marah dan kesal pada Vera yang telah
kembali. “Pokoknya aku harus bisa memisahkan mereka kembali.” Kata Ruri.
Ruri berencana akan
menjebak Vera agar Axel menjadi jijik pada Vera. Di tengah perjalanan sepulang
dari kantor Axel Vera dan Abey dihadang oleh orang yang tak dikenal. Mereka
membawa Vera pergi sehingga membut Abey menangis histeris.
“Papa,, Mama Pa,,
Mama dibawa pergi sama om-om jahat.” Adu Abey pada Papanya sambil menangis.
“Ada apa ini
sebenarnya?” Tanya Axel pada supir yang membawa Vera dan Abey
“Maaf tuan, tadi
kami dihadang oleh orang yang tidak dikenal mereka membawa nyonya pergi, saya
tidak sanggup melawan seorang diri. Tapi saya sudah mencatat nomor plat
mobilnya dan juga sudah memberitahu orang suruhan tuan yang lain.” Jelas sang
supir.
Axel yang mendengar
langsung panik. Ditambah Abey yang sedari tadi menangis.
“Ya halo.” Kata
Axel menjawab panggilan dari ank buahnya.
“Bos, kami sudah
menemukan Ibu Vera. Kami menunggu instruksi dari Anda”
“Kirim alamatnya
pada saya dan minta bantuan polisi.” Kata Axel menutup panggilan. Axel menitipkan Abey pada orangtunya dan
menceritakan semuanya melalui telpon.
Dengan strategi
yang dibuat oleh polisi Vera dapat diselamatkan tepat waktu. Para penculik
itu berusaha melakukan tindakan
pelecehan pada Vera membuat Axel menjadi naik pitam dan memukuli pelaku, tapi
dihadang oleh polisi.
Vera yang ditemani
Axel suaminya langsung dibawa ke rumah sakit untuk memeriksa keadaan Vera. Sementara
itu, Riko dan Tina sudah menunggu di rumah sakit dengan mengajak Abey.
“Selamat siang.
Kami ingin memberikan beberapa pertanyaan pada Ibu Vera.” Kata polisi.
“Silahkan Pak.”
Kata Axel
“Apa Ibu sempat
mendapat perlakuan kasar dari para pelaku?”
“Iya pak, mereka
menampar saya karna saya menolak nafsu bejat mereka.”
“Apakah Anda kenal
dengan Ruri Carela?”
“Kenal, Pak. Ada
apa memangnya?” Tanya Vera
“Dia lah dalang
dari kasus ini.” Ucap polisi tersebut.
“Pak polisi, saya
mau kasus ini diusut sampai tuntas, dan saya tidak akan memberi keringanan pada
wanita itu.” Ucap Axel.
“Baik, kalau begitu
saya permisi.”
Akhirnya semua
permasalahan pun teratasi. Ruri sudah ditangkap dan ditahan polisi. Dan mereka
menjalani hidup dengan tenang. Axel dan vera berharap mereka mampu menghadapi
masalah mereka dikemudian hari tanpa adanya perpisahan lagi, hanya maut yang
bisa memisahkan mereka.
TAMAT
Komentar
Posting Komentar