My Dear Husband (Part 1)
Davin POV
Seperti biasa kegiatan yang ku jalani yaitu ke
kantor. Sudah menjadi pemandangan biasa kalau di setiap hari aku menjadi bahan
sorotan seluruh pegawai kantor khususnya karyawati. Aku memang dilahirkan dengan
memiliki wajah yang sempurna. Haha bukannya aku sombong atau membanggakan diri.
Tapi memang itulah adanya.
Sesampainya aku di dalam ruanganku aku sangat
kaget melihat hadirnya seorang wanita paruh baya dengan tatapan tajamnya.
"Mau sampai kapan kamu seperti ini
terus?" kata wanita itu Ny. Mei Ferdinand.
"Seperti ini gimana sih, Ma.." tanya
ku ambigu kepada wanita itu yang tak lain dan tak bukan adalah Mama ku
tersayang. Yah, wanita yang ku anggap paling sempurna di dunia ini hanyalah
Mamaku tercinta.
"Mau sampai kapan kamu menelantarkan Edgar
anakmu sendiri, huh?" kata Mama.
"Aku ga menelantarkannya Ma. Segala
kebutuhannya selalu aku penuhi." bela ku
"Oke, dari segi ekonomi kamu memang sudah
memenuhinya. Tapi dari segi kasih sayang? Sedikit pun kamu tidak pernah
memperhatikan nya. Ayah macam apa kamu ini?" emosi Mama.
"Kan ada Bi Ina yang sudah mengurusnya Ma.
Bi Ina juga aku lihat kerjanya bagus. Dia menjaga dan merawat Edgar dengan baik
selama ini."
"Tapi Bi Ina itu bukan orangtuanya Edgar.
Kamu ayahnya, Nak!" kata Mama.
"Edgar selama ini juga baik2 aja kok
Ma"
"Pokonya kamu harus segera menikah
lagi."
Tegas Mama.
Tegas Mama.
"Gak, Ma. aku gak mau nikah lagi. Aku gak
percaya lagi sama yang namanya wanita. Mereka semua hanya mau kesenangan
semata." tolak ku
"Nak, gak semua perempuan seperti itu.
Mama akan carikan kamu calon istri."
"Tapi, Ma.."
"Gak ada pilihan lain, Davin. Kamu harus
menyetujuinya. Mama gak mau Edgar kamu terlantarkan. Dia masih terlalu
kecil!" putus Mama.
"Hhuufftt.. Terserah Mama saja. Tapi
jangan ikut campur dwngan urusan keluarga ku nanti" pasrah ku.
"Baiklah. Mama gak akan mencampuri tapi
Mama tetap akan memantau kamu."
"Iya Ma."
"Kalau begitu besok malam kita adakan
pertemuan dengan keluarga calon istri kamu" kata Mama
"Secepat itu, Ma?" tanya ku.
"Iya. Mama sudah menyiapkannya dari jauh
hari. Dia anaknya teman Papa. Kamu pasti menyukainya. Anaknya cantik."
kata Mama dwngan semangat.
"Terserah Mama."
"Baiklah. Jamgan lupa untuk mengajak cucu
kesayangan Mama juga yah. Acaranya diadakan di salah satu restoran kita."
"Iya Ma"
Setelah perdebatan singkat dengan Mama akhirnya
Mama keluar dari ruangan ku menuju ruangan Papa.
---
Charice POV
Bisa remuk badanku kalau seperti ini terus.
Setiap malamnya mata ini tidak pernah mau tertidur. Siangnya juga tetap gak
bisa. Huufft.
Ketika aku berumur 7 tahun aku pernah menjadi
korban penculikan anak. Waktu itu aku sedang bermain dengan teman2 sekolah ku.
Tiba2 saja ada orang yang tidak aku kenal mengajakku paksa. Awalnya aku teriak
dan menangis tapi mereka tidak mempedulikan ku.
Saat para penculik itu tertidur aku mencoba
kabur. Tapi takdir tidak berpihak padaku. Aku tertangkap lagi dan mereka
menyiksaku dengan memukul dan mengikatku dengan tali. Yg bisa ku lakukan hanya
pasrah menangis dan berdoa menanti keajaiban datang.
Akhirnya aku bebas. Papa datang dengan membawa
banyak sekali Polisi. Aku menangis dalam pelukan Papa. Sejak saat itu Papa
menjadi sangat posesif kepada kami anak2nya. Dan efek dari kejadian itu adalah
aku menjadi susah tidur. Setiap malamnya aku hanya bisa tidur maksimal 4 jam.
Pernah aku mencoba dengan mengkonsumsi obat
tidur tapi yetap tidak ada pengaruhnya. Yang ada malah aku yang masuk rumah
sakit karna overdosis obat tidur.
Pagi ini aku bersiap mau ke kampus untuk
menyelesaikan tugas skripsi ku.
"Pagi Pa, pagi Ma, pagi Bang, pagi
Dek!" sapa ku pada Papa, Mama, dan kedua adik kembarku.
"Pagi juga Kak" sapa mereka kompak.
"Kakak mau ke kampus?" tanya Mama ku
tercinta Ny. Elina Joey.
"Iya Pa"
"Pulang jam berapa?" tanya Papa ku
tersayang Tn. Arvin Daniel Joey.
"Mungkin jam 1 Pa. Kenapa Pa?" tanya
ku.
"Papa ingin bicara sama Kakak. Nanti siang
langsung ke kantor Papa yah!"
"Oh, okk Pa" jawab ku tanpa banyak
bertanya.
"Abang pergi duluan. Kakak sama adek gak
mau bareng?" tanya adik laki2 ku Azka Dwino Joey
"Kamu mau ngajak kita bareng dengan naik
motor kamu itu, gitu?" kataku.
"Gak Bang. Adek naik mobil sama Pak Anon
aja" jawab adik perempuan ku Alinne Dwika Joey.
"Ya udah. Kita pergi Ma Pa" kata kami
bertiga.
Kami pergi ke tempat tujuan mami masing2.
---
Author POV
Di dalam kediaman keluarga Joey. Setelah
kepergian anak2 mereka.
"Pa, Papa serius dengan rencana Papa untuk
menjodohkan Kakak dengan anak teman Papa itu?" tanya Elina istrinya.
"Papa serius, Ma. Papa sudah memikirkan
semuanya." jawab Arvin.
"Ya udah. Terserah Papa. Tapi Mama tetap
akan mengawasi anak kita Pa" kata Elina.
"Iya Ma, itu pasti!"
---
"Hai Pa!" sapa Charice.
"Halo sayang. Duduk dulu" balas
Arvin.
"Katanya Papa mau ngomong sama Kakak. Mau
ngomong apa Pa?" tanya Charice to the point.
Sambil melonggarkan dasinya dan tarik napas.
"Begini Kak. Papa berniat mau menjodohkan kamu dengan anak dari teman
Papa"
Bagai petir di siang bolong. Charice sangat
kaget dengan niat dan usul Papanya. Dia gak bisa berkata apa2. Lidahnya terasa
kelu untuk berbicara.
Arvin memberikan air putih pada anaknya untuk
menetralkan shok nya. "Minum dulu Kak. Tenangin diri kamu."
"Pa, Kakak salah dengar kan. Papa pasti
becanda kan Pa?" tanya Charice.
"Kak Papa lakukan ini juga untuk kebaikan
kamu. Papa hanya ingin kamu bahagia. Papa kenal dengan anak dari teman Papa
itu. Dia seorang pekerja keras. Dan dia sangat menyayangi Ibu nya." jelas
Arvin.
"Pa.. Izinkan Charice berpikir. Charice
mau pulang." pamit Charice pada Papanya.
"Ya udah. Tapi kamu jangan kelamaan berpikir
ya Kak. Hati2 di jalan." kata Arvin.
---
Sesampainya di rumah.
"Ma,, kenapa Kakak mesti dijodohin segala
sih, Ma? Kakak kan bisa cari pacar sendiri" keluh Charice pada Mamanya.
"Kak, Mama sama Papa hanya ingin yang
terbaik buat kakak. Kami gak mau kamu pacaran gak jelas yg kayak selama
ini." jawab Elina.
"Tapi, Ma.."
"Jangan pikir Mama dan Papa ga tau apa
yang terjadi antara kamu dan mantan pacar kamu itu yah. Mama tau
semuanya." kata Elina.
"Maa.."
"Sayang, percaya sama Mama."
---
Di Paradise's Restoran
"Selamat malam Bapak Bagas Ferdinand. Maaf
kami terlambat." sapa Arvin.
"Hahahaa,, selamat malam juga. Kamu bisa
aja. Ayo, ayo silahkan duduk." kata Bagas.
"Hai, apa kabar Mei? Kamu makin cantik
aja!" sapa Elina.
"Baik, haha kamu bisa aja. Kamu juga makin
cantik!" balas Mei.
"Oh ya itu anak kamu?" tanya Elina
"Oh iya. Ini Davin Surya Ferdinand. Ini
yang bakal jadi calon mantu kamu." jelas Mei. "Davin ayo salam calon
mertua kamu!"
Davin pun berdiri dan menyalam kedua calon
mertua nya.
"Halo maaf saya telat." ucap Charice
"Kamu habis dari mana sih? Lama banget
nyampe nya? Tanya Elina.
"Iya maaf. Yang penting kan Kakak dah
dateng." bela Charice.
"Ohh ini calon mantu ku? Cantik yah
Pah?" kata Mei
"Iya Ma" balas Bagas.
"Charice, tante."
"Panggil Mama aja. Kamu kan calon mantu
Mama."
"Hehe iya Ma" kata Charice.
"Davin, ini yang akan jadi istri
kamu" kata Bagas.
Davin dan Charice bersalaman. Mereka hanya diam
sepanjang acara makan malam mereka.
"Papa..!"
"Lho ini anaknya siapa?"
***
Charice POV
Selama acara perkenalan dan perjodohan ini aku
hanya diam. Tidak ada berbicara sedikit pun. Karna memang percuma juga kalau
aku ngomong. Toh, semua sudah di atur oleh para orangtua.
Disaat aku menikmati makanan ku tiba2 ada
seorang anak kecil dengan sebuah kayu alias tongkat di tangan kirinya. Datang
menghampiri meja kami.
"Papa.." kata anak itu. Tapi tunggu
dulu, kakinya sepertinya agak pincang. Apa emang iya yah?
"Lho, ini anak siapa" tanya Papa
heran.
"Ehm dia Edgar Ferdinand. Anaknya Davin cucu
saya" jelas Om Bagas.
What,? Demi apa gue langsung ngurus anak? Jadi
gue nikahnya sama duda gitu?
"Wahh berarti kita udah langsung punya
cucu dong yah Pa!" kata Mama dengan semangat.
Hah,, kenapa Mama malah seneng banget gitu sih?
"Iya ya Ma. Halo, nama kamu siapa
nak?" tanya Papa ke anak kecil itu.
"Edgar.." ucap anak itu dengan malu2.
Sepertinya anak itu pemalu atau pendiam atau emang penakut yah?
"Ooh Edgar. Mulai sekarang kamu panggil
kita Oma dan Opa yah.." jelas Papa
Sesaat Edgar melihat ke arah Oma dan Opanya.
Mereka hanya tersenyum sambil menganggukkan kepala. Kemudian melihat ke arah
Davin Ayahnya. Tapi Ayahnya hanya cuek. Hhmm,, sepertinya aku mencium ada yang
aneh.
"Oma.. Opa.." kata Edgar agak ragu2.
Kemudian Edgar melihat ke arah ku. Tapi kalau
aku melihatnya kembali ia buang muka malu2. Aku jadi bingung mau bagaimana.
Mama menyikutku memberi kode untuk menyapa Edgar. Hhmm,, baiklah. Karna aku
calon Ibu sambung yang baik. Aku akan duluan menyapanya.
"Hai,, siapa namanya?" kataku ramah.
"Edgar tante" cicitnya.
"Oh, Edgar udah sekolah?" tanyaku.
"Udah tante. Ega kelas 1 SD" jawabnya
semangat. Hhm, sepertinya anak ini sudah mulai betah bicara denganku.
"Oh ya? Emm Ega dapat juara gak di
sekolah?" tanya ku. Seketika wajahnya langsung muram. Dia juga menundukkan
kepalanya lemas.
"Gak dapet tante. Ega selalu dapat yang
terakhir. Mungkin emang Ega bodoh"
"Sayang, denger tante. Gak ada anak di
dunia ini yang bodoh. Yang ada hanyalah dia itu pemalas." jelasku
menghiburnya.
"Ega gak pemalas kok tante. Tiap malam Ega
belajar. Tapi emang mungkin Ega nya aja yang bodoh tante." katanya dengan
lantang.
"Ya udah berarti. Cara belajar Ega yang
perlu di ubah."
"Gitu yah tante?"
"Iya dong!"
"Kalau gitu Ega akan lebih giat lagi
belajarnya. Biar Papa Ega bangga sama Ega. Iya kan Pa?" katanya semangat.
Lagi2 kulihat Davin hanya menganggukkan
kepalanya. Dia terlihat cuek.
***
Charice POV
Keesokan harinya setelah pertemuan itu aku dan
Davin janjian ketemuan di sebuah restoran. Hah sudah setengah jam aku menunggu
disini tapi batang hidungnya belum keliatan. Sebenarnya dia itu niat gak sih
dengan pertemuan ini?
"Sory telat." hah, akhirnya datang
juga.
"Gak papa kok, gue nya aja yg kecepatan
datangnya. Baru juga sejaman gue nyampenya. Santai aja." sindir ku.
"Maaf tadi saya ada meeting jadi agak
telat. Aku ga pesan makan?" tanyanya.
"Makanan gue dah abis."
"Oke" dia memanggil pelayan buat
memesan kopi.
"Begini. Saya ingin membuat kesepakatan
dengan kamu." katanya to the point.
"Hhm" jawabku cuek. Aku pasrah. Mau
dibawa kemana pernikahan ini. Aku hanya berharap pernikahan ini berhasil.
Davin menatapku sekilas. Kemudian berkata:
"Pertama. Saya mau selama pernikahan kita
kamu tidak menjalin hubungan atau dekat dengan lelaki lain. Dengan kata lain
saya orangnya pencemburu. Saya tidak suka berbagi. Saya orangnya setia dengan
pasangan. Ini berlaku buat kita berdua."
Aku hanya menganggukkan kepala, toh dari dulu
aku juga orangnya setia dalam menjalin hubungan. Jadi tidak masalah.
"Kedua. Saya mau kita tidur dalam satu
kamar. Dan satu ranjang. Walau sedang dalam masalah sekalipun."
Aku menganggukkan kepala lagi.
"Ketiga. Saya paling tidak suka diatur dan
di paksa. Saya ngomong seperti ini supaya kamu bisa menahan diri untuk tidak
mengatur atau memaksa saya agar kita tidak terlalu sering berantem."
"Baiklah, saya rasa itu saja aturan dari
saya. Sebenarnya saya berharap pernikahan ini berhasil. Tapi yah,, kita liat
saja." ucapnya mengakhiri peraturannya.
"Oke. Gue ju.."
"Satu hal lagi" katanya memotong
ucapanku. Ada apa lagi sih? Tadi katanya 'itu saja' sekarang nambah lagi.
"Saya gak suka kamu bicara dengan
elo-gue"
Hah, kirain apaan..
"Baik. Gu,, eh aku juga punya peraturan.
Sebelumnya aku setuju dengan peraturan kamu." kataku. "Pertama. Aku
mau kamu tidak terlalu mencampuri urusan aku. Kamu tenang aja. Aku gak akan
selingkuh kok. Dan perlu kamu tahu aku juga orangnya setia."
Dia menganggukkan kepalanya. Sepertinya dia
setuju.
"Kedua. Kamu tahu kan aku masih kuliah?
Aku mau kamu beri aku kebebasan. Aku masih mau hang out sama temen2 aku."
"Ketiga. Aku paling gak suka dan ga bisa
dengan yang namanya DIBENTAK. Kalau kamu lagi marah sama aku lebih baik kamu
ngomel2 atau gak diemin aja."
"Ada lagi?" tanyanya.
"Aku rasa itu aja."
"DEAL" kata kami serempak sambil
berjabat tangan.
***
Author POV
Ega diajak Omanya belanja di supermarket dekat
rumah Ega. Sebenarnya Ega sangat senang bila diajak jalan2 apalagi kalau yang
mengajak itu adalah Papanya. Tapi sekalipun tidak pernah dilakukan. Ega hanya
pasrah tanpa pernah menuntut Papanya. Dia tahu bahwa Papanya sibuk.
"Ega, kalau Ega punya Mama Ega mau
gak?" tanya Omanya Ega.
"Papa mau nikah lagi ya, Oma?" tanya
Ega hati2
"Memangnya kenapa sayang? Ega kan jadi ada
temannya." jelas Omanya.
Sebenarnya Ega takut untuk mempunyai Ibu tiri.
Dari buku dongeng yang pernah dibacanya (pemberian Mike om nya) Ibu tiri
sifatnya jahat. Suka membentak, memukul bahkan memarahinya. Tapi dia takut
untuk mengatakan pada Omanya.
Demi kebahagiaan Papanya dia akan merestui
Papanya untuk menikah lagi.
"Gak kok Oma. Ega senang kok. Oma. Yang
penting Papa bahagia." jawab Ega dengan senyuman di wajahnya.
Saat Ega sedang asik memilih coklat kesukaannya
tidak sengaja dia menabrak seorang perempuan.
"Aduh,, Oma.." keluh Ega kesakitan.
"Aduh maaf sayang, tante gak
sengaja.."
Komentar
Posting Komentar