My Dear Husband (Part 2)


Seperti biasa setiap Charice tidak ada kegiatan dia selalu mengisi kebosanannya dengan bereksperimen di dapur. Kali ini sebelum dia memulai eksperimen nya dia berbelanja bahan masakannya terlebih dahulu di supermarket.
Saat sedang asyik memilih bahan belanjaannya. Tiba2 ia tidak sengaja menabrak seorang anak kecil dengan tongkat di tangan kirinya.
Anak itu pun menangis memanggil Oma nya. "Huaaa,, Oma sakit.."
"Aduh, maaf dek ga sengaja.." kata Charice merasa bersalah.
"Lho, kenapa sayang? Charice?" kata Oma sang anak yang tak lain dan tak bukan adalah tante Mei Mamanya Davin.
"Oh, hai tante.. Emm ini Edgar yah tante?" tanya Charice.
Edgar yang masih menangis karena takut dan juga sakit di kakinya di peluk oleh Omanya. "Iya, ini Edgar. Cup cup,, cucu Oma gak boleh nangis lagi yah sayang.. Masih sakit kakinya? Kita ke dokter habis ini yah.."
"Emm Edgar, maafin tante yah.. Tante gak sengaja tadi nabrak Edgar." sesal Charice.
"Gak 'papa tante. Ega yg salah kok" jawab Edgar.
"Ya udah, kalau begitu kami permisi dulu yah, Edgar harus ke dokter." pamit Tante Mei pada Charice.
"Iya tante. Hati2. Maaf masalah yang tadi. Charice benar2 gak sengaja tante."
"Iya ga 'papa. Kami pergi dulu. Ayo sayang."
Tiba2 Edgar menoleh ke belakang "Tante Ega pergi yah" sambil tersenyum dan melambaikan tangan pada Charice.
__SKIP__
Setelah melakukan perundingan antara kedua keluarga. Akhirnya sepakat kalau mereka akan menikah pada hari ini.
Acara pernikahannya diadakan di salah satu Ballroom mewah milik Davin.
Kini dua orang telah menjadi satu dalam sebuah ikatan pernikahan. Mereka sedang sibuk menyalami para tamu undangan yang menghadiri acara pernikahan mereka.
Charice yang pada dasarnya masih kuliah dia tidak banyak mengundang teman kampusnya. Kebanyakan tamu yang hadir malah saudaranya dan saudara keluarga Davin. Selebihnya para relasi Davin dan Orangtua mereka.
"Hahh,, kenapa gak habis2 juga sih tamu nya..? Dari tadi adaa aja yang dateng?" keluh Charice
"Sabar. Maaf yah, saya juga gak menyangka bisa seramai ini." jawab Davin sabar.
"Iya tapi capek"
"Ya udah kamu duduk aja dulu. Biar nanti aku minta ambilin air."
Jam menunjukkan pukul 9 malam. Akhirnya kedua pasangan itu bisa pulang dan beristirahat. Davin langsung membawa Charice ke rumah nya yang di tempatinya selama ini bersama Edgar.
---
Charice POV
Akkhh,, akhirnya bisa meresakan empuknya kasur juga. Seharian hanya berdiri terus pegel juga. 
"Mau sampai kapan kamu seperti itu? Kamu gak risih? Jorok banget" tukas Davin mengomentari tingkah ku yang sesang tiduran di ranjang.
"Iya, iya ini juga udah mau mandi kok."
Hampir satu jam aku dalam kamar mandi. Aku bingung mau keluar. Jujur aku sangat gugup malam ini. Mengingat status baru ku yang saat ini adalah seorang istri. Aku gak tau harus bagaimana malam ini.
Tiba2 di saat aku sedang bingung. Seseorang dari luar mengetuk pintu kamar mandi. "Charice kamu baik2 saja? Kamu sudah hampir satu jam di dalam. Tenang saja saya tidak akan macam2 sama kamu malam ini."
Ternyata Davin belum tidur. Aduhh,, gimana nih? Aku belum siap..
Terdengar ketukan pintu lagi "I,,iiya ini aku mau keluar kok"
Aku keluar dari kamar mandi dengan perasaan gugup menuju meja rias. Ternyata sebagian barang2 ku susah ada dalam kamar ini. Aku pun melakukan ritual malam ku sebelum tidur dengan memakai krim malam dan hand body.
"Kamu gak perlu setakut itu sama saya. Saya janji gak akan menyentuh kamu sampai kamu siap. Dan kita bisa saling dekat satu sama lain saja dulu" ucap Davin.
Aku menatap matanya mencari kebenaran. Takut kalau dia hanya mau menenangkan hatiku saja.
"Saya serius." ucapnya sungguh2.
"Baiklah. Aku percaya. Dan aku pegang kata2 kamu."
"Kalau kamu mau tidur duluan saja. Saya masih ada pekerjaan." katanya.
"Iya" ucapku sambil melangkah keluar kamar.
"Kamu mau kemana?"
"Aku mau lihat Edgar"
"Ingat, kamu tidur disini. Jangan coba menghindar!" katanya tajam.
Aku melangkahkan kakiku menuju lantai 2 di rumah ini ke kamar nya Edgar. Sebelumnya aku sudah bertanya pada Bi Ina pengurus rumah ini dimana kamarnya Edgar.
Tok tok tok..
"Hai,, Edgar lagi apa?"
"Lagi nyiapin buat sekolah besok, mm ma" jawab Edgar. Terlihat dia malu atau takut untuk mengatakan mama padaku. Aku jadi kasihan melihatnya ketakutan begitu padaku.
"Boleh Mama bantu"
Dia langsung tersenyum sambil menganggukkan kepalanya semangat. Sepertinya dia mulai nyaman dengan ku.
"Udah selesai semuanya?
Dia menganggukkan kepalanya.
"Gak ada yang kelupaan lagi?"
Jawabnya dengan menggelengkan kepalanya.
"Ya udah kalau gitu sekarang Edgar ke kamar mandi cuci muka sama sikat gigi yuk"
"Iya ma"
Edgar anak yang baik dan penurut. Selesai melalukan ritual sebelum tidur kami menuju ranjangnya Edgar.
"Mulai sekarang setiap mau tidur Edgar harus cuci muka dan sikat gigi yah!"
"Iya ma"
"Mau mama bacain cerita sebelum tidur gak?"
Mata Edgar terlihat berbinar saat ku tawari bacakan dia cerita.
"Boleh ma? Mama gak capek?"
"Enggak. Ya udah, Edgar mau mama bacain cerita apa?"
"Terserah mama. Emm boleh gak kalau mama panggil Ega aja biar kayak Papa dan Oma sama Opa?" pintanya
"Boleh dong sayang.. Malah mama seneng kalau mama panggil Ega aja"
"Ya udah biar mama pilihin yah cerita apa yang akan mama bacain"
Aku melihat2 koleksi buku Ega. Ternyata yang ada hanyalah dongeng Cinderella. Tidak ada buku lain.
"Ega cuma punya satu buku aja ma"
"kenapa cuma satu? Emangnya papa gak pernah beliin Ega buku cerita?"
"Enggak ma itu juga bukunya dari Om Mike. Papa sibuk jadi gak sempat buat beliin Ega buku, ma" jawab Ega. Aku semakin curiga dengan hubungan antara ayah dan anak ini.
"Ya udah ga 'papa. Biar mama yg ceritain dongeng buat Ega yah. Tapi Ega harus sambil tidur yah"
"Iya ma"
Ega pun tertidur saat aku masih menceritakan dia dongeng. Setelah ku pastikan dia tidur, aku pun mencium keningnya dan meninggalkannya. Lalu kembali ke kamar ku.
Di kamar aku tidak melihat adanya Davin. Lantas aku pun langsung masuk ke kamar mandi. Saat ku buka pintu kamar mandi aku kaget bukan main karna melihat seseorang ada di dalam kamar mandi sambil menatap ku tajam.
"Aakkhh"
*** 

Davin POV
MENIKAH. Adalah satu kata yang sebenarnya paling ku hindari. Aku sudah pernah menjalin hubungan sebuah pernikahan. Tapi yah, pernikahan ku gagal. Gagalnya pernikahanku bukan karna ku. Melainkan dari mantan istriku, Susan.
Dia pergi meninggalkan aku dan anakku. Dia tidak mau mengakui anak kami karna cacat. Disitu aku sangat frustrasi dan sejak saat itu aku menjadi orang yang dingin dan gila kerja. Aku bekerja siang dan malam sehingga mampu membuat nama perusahaan yang ku bangun menjasi besar. Aku pemilik dari perusahaan terbesar dan ternama di kota ku.
Sudah 7 tahun aku hidup sendiri tanpa adanya pendamping hidup. Aku menikmati keseharian ku dengan bekerja. Anakku ku serahkan pada seorang ART untuk menjaga dan merawatnya.
Tapi sekarang, statusku telah berubah. Aku telah sah menjadi suami. Aku tidak tahu apakah pernikahan ini akan berhasil atau malah seperti pernikahan ku yang sebelumnya.
Malam ini adalah malam pertama ku dengan istriku, Charice. Hm, aku sedikit geli mengingat bahwa dia adalah istriku sekarang.
Aku tahu bahwa dia belum siap untuk ku sentuh. Terlihat jelas saat dia sengaja berlama2 di kamar mandi tadi.
Akhirnya kami membuat kesepakatan kalau kami akan melakukan pendekatan dulu untuk saat ini. Aku berinisiatif untuk memberikan dia waktu menenangkan dirinya dengan berada di ruang kerjaku. Setidaknya itu bisa meredakan gejolak nafsuku. Hei, aku adalah pria dewasa dan normal. Selama ini aku tidak pernah menyentuh seorang wanita di luaran sana. Aku bersih.
Ku akui istriku sangat cantik. Aku tidak tahu apa yang membuat dia menerima perjodohan ini. Sedikit yang aku tahu dia adalah wanita baik2. Terlihat dari cara berbicara dia dengan lawan mainnya dan cara dia memperlakukan anak2.
Jam sudah menunjukkan pukul 10 malam, tapi istri cantikku itu belum kembali ke kamar. Akhirnya aku memutuskan mandi kembali untuk meredam hasrat ku malam ini.
Saat aku sedang asik di bawah guyuran shower aku dikejutkan dengan teriakan seorang wanita yang ternyata adalah istriku.
"Aaarrggjh"
"Keluar" kataku garang dengan tatapan tajam khas ku.
Dia yang ketakutan melihat ku dalam keadaan telanjang langsung keluar dengan wajah pucat dan tangan gemetar. Hhmm,, kalau dipikir2 wajah imut juga kalau seperti itu. Akhh semakin aku mengingat wajahnya semakin susah aku untuk meredam gejolakku.
---
Author POV
Davin menatap Charice yg sedang tiduran di atas ranjang dengan tatapan tajam. Charice yg ditatap seperti itu pun menjadi gugup dan salah tingkah.
"A aaku tidak melihat apa2. Beneran.." kata Charice gugup.
"Kamu liat juga gak 'papa" ucap Davin enteng.
"Mesum"
"Makanya lain kali kalau mau masuk kamar mandi itu ketuk dulu" ucap Davin.
"Kok jadi aku yg disalahin? Disini tuh aku yg korban. Lagian bukannya tadi kamu sudah mandi? Kenapa mandi lagi? Mana pintunya gak dikunci, lagi?" kata Charice menggebu2.
"Iya, iya. Sudahlah, lupakan. Saya mau tidur."
Entah karna mereka yg kecapekan atau merasa nyaman mereka tertidur dengan lelapnya. Secara tidak sengaja mereka tidur dengan berpelukan hingga pagi menjelang.
---
Charice POV
Nngghh aku terbangun dari tidurku. Terasa seperti ada benda berat di atas perutku. Aku kaget saat melihat ada sebuah tangan kekar yg mendarat di atas perutku. Dan yg buat aku sangat kaget adalah ketika aku melihat ke sebelah kiriku ternyata wajah Davin sangat dekat dengan wajahku. Aku bisa merasakan deru nafas nya. Hhmm, kalau diliat2 dia ganteng juga.
Perlahan ku angkat tangannya yang berada di atas perutku. Aku tidak mau mengganggunya tidur mengingat jam tidurku yang biasanya hanya berlangsung selama 3 jam paling lama.
Tak sengaja kuliat ke arah jendela. Kok jam segini sudah ada sinar matahari? Ku lihat jam di dinding ternyata audah jam 6. Ku lihat kembali jam di HP ku dan ternyata memang benar. Wah, ini adalah rekor waktu terlama aku tidur.
Setelah aku menyelesaikan ritual mandiku, ku lihat Davin juga sudah bangun dan duduk di tempat tidur.
"Jam berapa?" tanyanya dengan khas suara orang baru bangun.
"Jam 6 lewat."
"Aku mandi dulu" ucapnya
"Hhm, jgn lupa kunci pintu"
"Kalau kamu mau lihat aku gak masalah"
"Mesum"
---
Pagi ini aku kembali dengan rutinitasku, ke campus. Aku harus segera menyelesaikan tugas skripsi ku. Aku tidak mau menikah jadi hambatan dalam karier ku.
"Charice..!!" panggil Ike sahabatku
"Hai"
"Kemana aja sih lho? Dicariin kemana-mana gak ketemu. Kemaren gue ke rumah lho. Tapi lho nya gak ada" cerocosnya
"Gue disini kok."
"Oh ya, gimana penelitian lho?" tanyanya
"Udah selesai. Sekarang tinggal ngolah datanya aja. Lho?"
"Udah juga. Perpus yuk. Gue mau liat2 punya nya senior. Sekalian kita sharing sama anak2 lain. Mereka udah pada si perpus" ajak nya
"Ya udah yuk"
Aku sengaja tidak memberitahukan tentang status ku kpd sahabatku ini. Yah, karna aku belum siap untuk diketahui orang lain.
---
Pulang dari kampus aku masih tetap melanjutkan skripsi ku. Sehingga aku lupa kalau aku punya seorang anak yang butuh perhatianku. Aku memutuskan untuk melihatnya sebentar.
Tok tok tok
"Hai,, Ega lagi apa?"
"Permisi nyonya" pamit Bi Ina yg sebelumnya ada di kamar Ega.
"Ngerjain PR, Ma. Dari tadi gak siap2 Ega pusing. Bibi juga gak ngerti ngerjainnya." keluh Ega.
"Mana coba mama liat"
Dia menyodorkan PR nya pada ku untuk ku baca.
"Oh, ini mah gampang. Sini biar mama ajarin"
Saatnya aku mengeluarkan kemampuan ku untuk mengajari anakku. Aku bertekad akan membuat nya sampai pintar. Aku tidak akan menyia-nyiakan kuliahku yang jurusan pendidikan ini.
"Oh, Ega paham ma. Bentar ya ma.. Begini benar tidak ma?"
"Wah. Benar sayang. Lain kali kalau ada soal yang begini di pelajari dulu contohnya baru kerjakan soalnya."
"Iya ma"
"Ada PR lain gak?"
"Gak ada ma"
"Kalau gitu Ega mandi yah. Mama mau buat makan malam"
"Oke ma"
---
Aku menyiapkan masakan untuk makan malam. Aku terkejut melihat stok yang ada di dapur ini. Begitu banyak MSG, makanan instan cepat saji dan penyedap rasa lainnya. Aku marah dengan Bi Ina yang menyiapkan makanan seperti ini khususnya pada Ega. Sungguh dia masih sangat kecil untuk merasakan makanan aneh itu.
Aku menyuruh Bi Ina untuk membuang jauh2 semua itu. Mulai sekarang aku yang akan menata dapur ini. Tidak akan ada lagi makanan instan dan penyedap masakan. Yang ada hanyalah bumbu dapur rempah2 yang alami.
"Hm, nasi gorengnya enak ma. Kayaknya ini bukan masakan Bibi deh" puji Ega
"Iya sayang. Ini mama yg masak. Ega suka?"
"Suka banget ma! Besok bekalnya Ega mama aja yg masakin yah ma"
"Boleh sayang. Ya udah habisin makannya"
Selesai makan aku kembali mengerjakan skripsi ku, sedangkan Ega belajar tugas sekolahnya. Hm, kalau begini jadi kangen adik kembarku. Kami sering belajar bareng, di kamar salah satu dari kami.
Jam sudah menunjukkan pukul 9 malam. Tapi Davin belum juga pulang. Sedangkan Ega sudah tidur setelah aku bacakan cerita. Aku melanjutkan tugasku di kamar.
"Lagi apa?" sapa seseorang
"Astaga Davin.. Kamu bikin kaget tau, gak! Kapan kamu pulang?"
"Baru aja. Kamu nya aja yg terlalu serius belajarnya." katanya sambil berlalu ke kamar mandi.
"Kamu sudah makan belum? Kalau belum biar aku siapin makan!" teriakku dari luar kamar mandi.
"Sudah!"
Baiklah, kalau begitu aku cukup menyiapkan pakaiannya saja.
"Tidurlah, ini sudah malam. Besok masih bisa dilanjut." katanya sambil memakai bajunya di depanku. Hmm, sepertinya dia sengaja memamerkan ototnya padaku.
"Biasa aja ngeliatinnya. Awas iler kamu keluar tuh" godanya
Dengan reflek aku mengelap sudut bibirku "kamu bohong kan!"
"Hahaha,, sudahlah. Ayo tidur."
Aku tetap melanjutkan mengerjakan tugasku karna aku belum mengantuk. Tiba2 Davin menarik paksa laptop ku lalu dia menarik tanganku.
"Sudah ku bilang aku ngantuk dan mau tidur. Tenang saja tugasmu sudah ku save" terang nya.
"Ya udah tidur aja. Ngapain narik2 segala sih?" sewotku
"Aku gak bisa tidur."
Dia memelukku dan kemudian langsung tertidur. Terdengar dari deru nafasnya yg mulai teratur. Sepertinya dia kelelahan. Aku pun memutuskan untuk menyusul nya ke dunia mimpi. Selamat malam dunia. 
"Aduh maaf sayang, tante gak sengaja.."




Komentar

Postingan populer dari blog ini

My Dear Husband (Part 4)

My Dear Husband (Part 3)