My Dear Husband (Part 4)
Sudah menjadi kewajiban bagi Charice untuk mengurus rumah tangganya. Banyak yang di rombak dari rumah itu. Mulai dari ruang tamu, kamar, dapur hingga halaman. Dia benar-benar membuat dirinya nyaman dengan rumah itu. Davin sendiri tidak ada masalah dengan semua yg dilakukan oleh istrinya itu.
Ega, anak sambungnya juga belakangan ini jarang mengeluh sakit kakinya. Davin dan Charice tanpa di sadari, mereka sudah saling terikat. Bahwa mereka tidak akan bisa tidur jika tidak tidur bersama. Terbukti saat Davin sedang melakukan perjalanan bisnis di luar kota selama 5 hari. Mereka sama-sama tidak bisa tidur, sehingga menyebabkan Davin dengan cepat menyelesaikan urusan bisnisnya. Begitu juga dengan Charice tugas skripsinya sudah rampung sembilan puluh persen.
Sejak pertengkaran mereka dimana Davin memarahi Ega, mereka jadi jarang berbicara. Tapi Charice tetap mengurus Davin seperti menyediakan kebutuhannya dan bekal yang biasa dia bawa setiap hari.
"Kamu kenapa sih?" tanya Davin membuka pembicaraan mereka. Charice menjawabnya hanya dengan mengangkat kedua alisnya sambil mengecek ulang skripsinya.
"Akhir-akhir ini kamu jadi banyak diemnya. Bukannya kamu setiap hari tuh banyak ngomong, yah?"
"Kamu masih nanya kenapa aku marah?" kesal Charice.
"Oh, kamu marah karna masalah aku bentak kamu dan marahin anak kamu?" kata Davin enteng.
"Nah tu tahu..!"
"Ya udah, aku minta maaf sama kamu. Aku gak akan bentak kamu lagi."
Charice yg mendengar Davin mau meminta maaf padanya langsung dapat ide. "Okk aku maafin kamu. Tapi dengan syarat kamu juga minta maaf sama Ega!" kata Charice dengan wajah berseri.
"Nggak. Kamu jangan jadiin ini ajas manfaat buat aku minta maaf pada anakmu itu."
Gagal lagi, pikir Charice.
"Dengan aku tidak jadi menghukum dia itu sudah lebih dari cukup."
Charice hanya diam tidak menanggapi. Baiklah, mungkin belum saatnya begitu pikir Charice.
"Udah gak marah lagi, kan? Kamu pernah dengar gak, kalau istri itu gak boleh marah sama suami lebih dari tiga hari. Ini sudah lebih dari tiga hari loh.."
"Iya, iya.. Udah gak marah."
"Ngomong udah gak marahnya kok kayaknya gak iklas yah" goda Davin
"Iya aku udah gak marah lagi kok. Aku juga udah maafin kamu." kata Charice dengan menampilkan senyum terpaksa.
Davin terkekeh dengan sikap Charice barusan.
"Davin. Aku mau ngomong serius sama kamu."
"Ngomong aja"
"Aku gak mau kejadian waktu itu terulang lagi yah. Aku gak mau kamu memarahi Ega. Sudah cukup sifat kejam kamu selama ini padanya."
"Baiklah. Sekarang aku ngantuk mau tidur. Kamu jangan lama2 ngerjainnya."
"Tunggu. Kamu harus janji dulu"
"Iya aku janji"
---
Charice POV
Hari ini aku pulang lebih awal. Karna tidak ada lagi urusan di campus. Sebenarnya skripsi ku belum kelar, dosen pembimbing ku meminta agar aku meletakkan skripsi ku di mejanya alias menginap.
Teman-teman seperjuangan ku sebenarnya mengajak untuk hang out. Tapi ku rasa ini bukan waktu yg tepat buat nongkrong jadi aku menolak ajakan mereka. Lebih baik aku menyiapkan diri buat sidang skripsi ku nanti.
Sekarang aku sedang menghabiskan waktu me time melakukan perawatan sendiri di rumah dengan maskeran.
I've been here all night
I've been here all day
And boy, got me walkin' side to side
I've been..
Lagi asik maskeran malah ada yg nelpon. Langsung saja ku angkat tanpa tanpa melihat siapa yg nelpon.
"Halo Charice. Kamu lagi dimana? Aku bisa minta tolong gak?" oh ternyata yg nelpon Davin.
"Iya. Kenapa?"
"Apa? Kamu ngomong apa sih? Kok gak jelas?" orang lagi maskeran di ajak ngomong.
"Aku di rumah. Lagi maskeran" kata ku berusaha berbicara tanpa merusak maskerku.
"Ooh.. Aku mau minta tolong. Tolong kamu siapin makanan di rumah yah. Ada Client aku yg mau makan malam di rumah."
"Mmm.. Aku siapin. Kamu tenang aja. Client kamu berapa orang?"
"Dua orang. Mereka pasangan suami istri. Sebelumnya makasih ya."
"Mmm."
Suara timer di handphone ku berbunyi. Gak terasa sudah satu jam aku maskeran. Sekarang saatnya aku buat masak makan malam.
"Mama.."
"Eh, anak mama sudah pulang. Sekarang kamu mandi trus kita makan siang ya!"
"Okk ma"
---
Author POV
Malam ini Davin pulang bersama Client nya. Client nya datang hanya untuk sekedar berkunjung dan menjalin silaturrahmi.
Charice sudah menyiapkan makan malam, dia sudah menyiapkan semur daging, udang goreng tepung, perkedel kentang juga sayur sup.
"Perkenalkan ini Charice istri saya." kata Davin
"Selamat malam, saya Bernat dan ini istri saya Martini." kata Tn. Bernat memperkenalkan dirinya dan istrinya.
"Saya Charice. Senang bertemu dengan Anda. Oh ya sebentar saya panggilkan anak kami.. Egaa.."
Sebelumnya Charice sudah menyuruh Ega untuk siap2 karna akan ada tamu. "Iya ma" kata Ega malu2.
"Ini Edgar anak kami. Ayo sayang, salam Om dan Tante"
Ega pun menyalami tamu Davin. Wajah Davin jangan ditanya lagi. Dia yakin bahwa ini sudah bagian dari rencananya Charice.
Acara makan malam pun selesai, Charice menemani Ega tidur dengan membacakannya cerita dongeng. Setelah Ega tidur dia pun kembali ke kamarnya.
"Aku tahu yang tadi itu akal-akalan kamu kan, memperkenalkan Ega pada tamuku?" tanya Davin sarkasme.
"Hah, keliatan yah?" jawab Charice polos.
"Aku gak suka kamu seperti tadi."
"Kamu tenang aja. Bukannya itu malah bagus. Mereka melihat kamu dari sisi baiknya kamu. Aku yakin mereka itu pasti menilai kamu itu baik." Charice senang melihat wajah bahagia Ega pada saat makan malam tadi. Itu adalah kali pertama Ega makan bersama Papanya di rumah, walaupun karna sedang ada tamu.
"Tetep saja aku tidak suka!" tegas Davin.
"Iya, ya sudahlah gak perlu di bahas lagi. Aku mau tidur. Besok aku mau campus."
---
"Hai, Cher lu dah daftar meja hijau belum?" tanya Ike sahabat Charice di campus.
"Belum, ini gua mau daftar sekalian ngasih undangan buat dosen penguji gue. Elu gimana, udah daftar belum?"
"Belum. Kita urus bareng yuk!"
---
Sepulangnya dari campus Charice menyiapkan dirinya buat sidang besok. Malam ini dia total belajar di kamar. Dia sudah meminta Bi Ina buat menemani Ega belajar. Ega anak yang baik. Dia mengerti dengan kesibukan mamanya.
"Serius amat belajar nya." kata Davin. Tapi Charice tidak menanggapi.
"Kapan sidang? Skripsi kamu sudah selesai belum?"
"Besok. Hahh,, kayaknya aku udah mulai gugup deh.. Aku takut buat sidang besok." kata Charice khawatir.
Davin pun langsung memegang tangan Charice bermaksud buat menenangkannya. "Jangan khawatir. Kerja keras kamu selama ini gak bakal sia-sia kok. Kamu pasti bisa!"
"Tapi kalau aku gagal gimana?"
"Optimis untuk menang. Kamu pasti bisa. Aku mau nanya. Skripsi ini yang buat siapa?"
"Aku."
"Berarti yang harus kamu lakukan adalah menguasai isi bahan kamu. Dan kamu jangan gugup pada saat sidang nanti." kata Davin memberi masukan.
Charice menarik nafas panjangnya. "Oke. Aku usahain."
"Kalau udah selesai belajarnya langsung istirahat. Beaok kamu mau sidang jadi harus fit. Jam berapa besok?"
"Jam 9 tapi aku datengnya jam 8 buat persiapan."
"Aku boleh antar kamu gak?"
"Boleh, kalau kamu gak sibuk"
---
"Ingat pesan aku. Jangan gugup. Rileks aja menjawab pertanyaan dari dosen penguji kamu.!" kata Davin
"Aku usahain. Doain aku yah"
"Pasti. Kamu masuk 'gih!"
Di saat Charice sedang sharing dengan teman2 nya ponselnya bergetar menandakan ada telpon masuk.
"Halo kak. Semangat yah sayang buat sidang hari ini. Semoga berhasil."
"Iya pah, makasih. Tapi kaka gugup banget Pah.."
"Kaka santai aja gak usah panik. Yang penting kaka menguasai bahan. Itu aja." kata mamanya memberi semangat.
"Iya Ma. Davin juga tadi ngomong gitu."
"Ya udah. Kaka jangan berdoa. Semuanya pasti baik2 saja. Jangan takut. Semangat ya sayang!"
Pembicaraan pun di akhiri dan acara sidang hari ini di mulai.
---
Setelah seharian melewati sidang, semua mahasiswa/i diminta berkumpul untuk pembacaan nilai hasil sidang. Semua peserta sidang sudah mulai was-was. Termasuk Charice tangan sudah dingin. Entah itu karna ruangan yang ber-AC atau gugup.
Tibalah nama Charice dipanggil dan dia pun maju ke depan dengan percaya diri. Tapi di jantungnya berdetak semakin kuat karna gugup.
"Saudari Charice Alistha Joey. NPM 11150211 dengan judul skripsi Perkembangan tingkat belajar di jaman milenial dinyatakan.... "
***
Dinyatakan lulus sidang serta mendapatkan nilai predikat A membuat Charice dan teman-temannya senang bukan main. Mereka berencana untuk merayakan kelulusan mereka dengan mengabadikan foto di area campus dan nongkrong di cafee dekat campus. Tidak lupa sebelumnya Charice menelpon Davin utk mengabarkan dia lulus sekaligus minta izin untuk bersenang2 dengan temannya.
"Davin.." sapa Charice
"Sudah pulang?"
"Udah. Kamu tumben pulangnya cepat." tanya Charice
"Iya, aku pengen denger cerita kamu siang tadi."
"Ooh.. Kamu udah makan?"
"Sudah. Kamu?"
"Udah. Ceritanya nanti aja yah. Aku mau mandi dulu" kata Charice.
Selesai mandi Charice tidak melihat Davin di kamar. Jadi dia memutuskan untuk ke kamar Ega.
"Ega.."
"Mama.. Mama udah pulang? Trus gimana Ma, Mama udah lulus belom?" tanya Ega
"Udah sayang. Dan mama lulus.. Mama dapat nilai A."
"Waa selamat yah Ma.. Ega pengen nanti kayak mama ujian dapat nilai A"
"Harus itu. Ntar mama yang ajarin Ega sampe dapat juara yah.."
"Bener yah Ma... Tapi sebenarnya Ega gak minta juara kok, Ma. Ega bisa naik kelas aja Ega udah seneng banget."
"Ega kita sebagai manusia itu harus berusaha. Gak boleh berpangku tangan alias malas. Oke"
"Oke Ma.. Ega janji akan belajar sungguh-sungguh"
"PR nya udah siap belum?"
"Udah ma"
"Mana, coba Mama liat" Charice pun memeriksa PR Ega.
"Pinter anak Mama. Udah bener semua ini. Ya udah sekarang saatnya tidur. Tapi sebelumnya..."
"Cuci muka, cuci tangan, cuci kaki, sama sikat gigi. Iya kan Ma?"
"Anak mama pinter. Ya udah sana 'gih. Mama ambil minum Ega dulu yah"
---
Sekarang ini Charice dan Davin sudah bersiap mau tidur. Sebelum tidur mereka bercerita berbagi pengalaman seputar sidang meja hijau. Sampai akhirnya mereka memutuskan untuk mengakhiri percakapan dan tidur.
---
Davin POV
Cahaya mentari bersinar terang di luar tampak malu-malu masuk ke dalam kamar melalui celah di balik gorden. Aku merasa seseorang sedang memeluk ku erat seolah takut kehilangan. Ku lirik ke sebelah ku dan ternyata adalah istriku. Mungkin dia tidak sadar memelukku seerat ini. Tidak biasanya dia telat bangun. Dia selalu bangun awal untuk menyiapkan sarapan dan membangunkan anaknya itu. Sepertinya dia masih kecapekan.
Kurasakan dia mulai bergerak. "Hmm, kamu udah bangun? Jam berapa?" tanyanya dengan suara serak khas bangun tidur.
"Baru aja kok. Jam 7.30"
"Ha? Aku telat bangun.. Maaf"
"Gak 'papa. Kami masih capek. Kalau kamu masih mau istirahat juga gak 'papa kok."
"Gak, aku mau mandi dulu."
Sembari menunggu Dia mandi aku membuka tablet ku untuk mengecek email yg masuk.
Ku lihat Charice dan Ega sedang sarapan bersama. Aku menunggu Charice memberikan bekalku di ruang tamu. Ku lihat Dia datang menghampiri ku.
"Kamu makan di luar aja gak 'papa yah. Aku gak sempet masak. Bekal Ega aja aku cuma masakin omlet." katanya. Sejak Dia memberikan bekal aku tidak pernah makan di luar lagi. Pernah aku makan di luar tapi rasanya jauh berbeda.
"Kalau begitu kamu siapin aku roti aja buat sarapan. Nanti siang kamu antarkan makan siang aku ke kantor, bisa? Aku gak suka makan di luar."
"Oke. Tunggu sebentar yah."
Dia pun masuk ke dalam. Lalu tak selanh berapa lama ku lihat Ega datang menghampiri ku.
"Papa.. Ini dari Mama. Kata Mama kasih ini ke Papa soalnya Mama ke kamar mandi. Katanya kebelet, Pah."
Aku yakin ini adalah akalannya Charice. Maaih saja Dia berusaha. Aku tidak akan berubah pikiran sampai kapan pun.
Aku pun langsung ke mobil menuju kantor. Pasti Charice sedang menertawakan ku di balik tembok.
---
Charice POV
Hahahaa
Melihat wajah kusut Davin tadi ingin sekali aku mengabadikannya. Tapi niat ku itu ku urungkan karna takutnya dia malah tersinggung dan kami malah jadi ribut. Aku tidak mau Ega melihat kami ribut lagi. Cukup yang waktu itu saja.
Setelah aku ikut mengantar Ega ke sekolah aku menyiapkan makan siang buat di bawa ke kantor Davin. Rencananya aku akan memasak sayur pecal, bihun goreng, ikan mujair goreng juga tahu dan tempe goreng tepung. Aku menyiapkan semua dengan bantuan Bi Ina.
Sekarang ini aku sudah berada di lobi kantor Davin dengan di antar Pak Aswin.
"Selamat siang, Mba ada yang bisa si bantu?" sapa resepsionis yg ku tahu namanya Sari dengan ramah.
"Saya mau bertemu Davin"
"Sebentar saya cek dulu. Maaf Davin siapa yah? Disini ada tiga orang yg bernama Davin. Ada Rendavin, Davino dan yg ketiga Bapak Davin Surya Ferdinand. Mba mau cari yang mana?"
"Davin Surya Ferdinand."
"Maaf, Mba sebelumnya Mba sudah buat janji?"
"Sudah"
"Kalau begitu sebentar saya hubungkan ke sekretaris Bapak Davin"
Sembari aku menunggu sang resepsionis menghubungi sekretaris Davin aku memberi kabar pada Davin kalau aku sudah di bawah melalui pesan singkat.
"Maaf, Mba kata sekretarisnya Bapak Davin sedang di luar dan belum kembali. Mungkin Mba bisa.." perkataan resepsionis itu terhenti karna datangnya Davin.
"Charice.. Kenapa gak langsung ke ruangan ku saja?" tanya Davin.
"Iya, ini juga aku mau ke ruangan kamu kok."
"Ini istri saya. Kamu ingat wajahnya baik-baik. Lain kali kalau istri saya datang langsung antarkan Dia ke ruangan saya. Kamu paham?" kata Davin ke resepsionis itu.
"Baik Pak. Saya paham. Saya minta maaf. Saya tidak tahu kalau Ibu ini istri Bapak. Saya mohon maafkan saya."
"Sudah tidak 'papa." kataku. Kami pun langsung menuju ke ruangan Davin.
"Aku tahu yg tadi pagi itu akal-akalan kamu kan!" tanya Davin
"Yang lalu biarlah berlalu." jawabku enteng. Dia masih saja sebegitu bencinya pada anaknya sendiri.
"Kamu mau makan sekarang atau nanti?" tanya ku
"Sekarang aja. Kamu juga makan kan?"
"Nggak. Aku sudah makan di rumah tadi sebelum ke sini." tolakku.
"Lain kali kalau kamu kesini lagi gak usah makan di rumah, kita makan bareng disini saja."
"Baiklah"
"Kamu gak ada janji sama yang lain, kan? Temani aku makan yah!"
"Oke" aku pun menyiapkan makanan yang ku bawa buat Davin. Di ruangannya sangat lengkap ada pantry nya juga.
Ku lihat dia makan dengan lahapnya. "Pelan-pelan makannya, tenang aja aku gak bakal minta kok"
"hii enyaak baeet"
"Abisin dulu makannya baru ngomong."
"Ini enak banget. Aku suka banget sama sayur pecal." katanya
"Oh ya? Trus kamu suka apa lagi?"
"Semua yg kamu masak aku suka. Tapi aku lebih suka sayur pecal, bihun goreng, sama ayam goreng. Tapi kayaknya kamu gak pernah masak ayam goreng yah!"
"Kok sama yah?" tanya ku heran.
"Maksudnya?"
"Ega juga suka bihun dan ayam goreng"
"Ga usah kamu samain aku dengan anakmu itu. Kami berbeda." sanggahnya.
"Oke."
"Kalau kamu sukanya apa?" tanyanya balik.
"Hhm,, nasi goreng sama mie ayam bakso!" kataku semangat.
"Pantes pipi kamu kayak bakso" ejek nya.
"Maksud kamu apa? Kamu mau bilang aku gendut?" aku tidak terima di bilang pipi bakso.
"Aku gak ada ngomong gitu" katanya dengan senyum jail.
"Perlu kamu inget yah, cewek itu paling gak suka kalau di bilang gendut.!"
"Iya, iya aku minta maaf. Kamu gak gendut kok. Kamu seksi." bisik nya. Ada perasaan senang bercampur malu saat dia bilang itu.
"Aku gak suka nasi goreng"
"Pantes, nasi goreng yang aku masak kamu gak ada sentuh. Dulu Ega juga gitu, Dia gak suka nasi goreng. Tapi setelah Dia coba jadi nagih."
"Aku sudah bilang kan kalau aku gak suka di samain dengan anak itu!"
"Iya, maaf. Ya udah, abisin.!"
---
Author POV
Hari ini dengan izin Davin, Charice ingin mengajak Ega untuk berkunjung ke rumah orangtua nya. Awalnya Ega takut bertemu dengan Oma dan Opa barunya. Tapi dengan sedikit rayuan Ega pun mau.
"Haii cucu Oma.. Apa kabar sayang?" kata Elina Mamanya Charice saat melihat mereka sampai.
"Sehat Oma." jawab Ega ragu-ragu.
"Davin mana? Kok gak ikut?" tanya Elina.
"Di kantor Ma, sibuk" jawab Charice sekenanya.
"Kaka..." panggil Azka dan Aline bersamaan.
"Hei.. Gimana sekolahnya?"
"Lancar kak!" jawab mereka
"Hei boy. Masih inget sama Om gak?" tanya Azka pada Ega.
"Mm,, Om Azka kan!" kata Ega
"Yup. Kita main di belakang yuk! Kak kita ke halaman belakang yah!"
"Iya tapi Ega gak boleh terlalu capek yah, nanti kakinya sakit!" kata Charice mengingatkan adiknya.
"Sip!" kata Azka.
"Mama, Ega main sama Om Azka boleh?"
"Boleh sayang. Hati2 yah mainnya."
Mereka bercakap-cakap di teras halaman belakang. Charice dan Mamanya sedang mengobrol sambil minum teh. Sedangkan Azka, Aline juga Ega bermain lempar bola.
Terlihat Ega sangat menikmati permainan Mereka. Tampak wajah kelelahan dan bahagia di wajah mereka masing-masing. Ega merasa disayangi di tengah-tengah keluarga barunya. Setidaknya Dia tidak merasa kesepian lagi.
Komentar
Posting Komentar